Kamis, 30 Juni 2011

MCCB

 MCCB atau  Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang
berfungsi sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih.
MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan.
Spesifikasi MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri
dari:
•  Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ue = 250 V dan 660 V
•  Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ie = 40 A-2500 A
•  Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan
sebagai berikut:
Icn = 12 kA-200 kA

Dalam memilih circuit breaker hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah :

- Karakteristik dari sistem di mana circuit breaker tersebut dipasang.
- Kebutuhan akan kontinuitas pelayanan sumber daya listrik.
- Aturan-aturan dan standar proteksi yang berlaku.


Karakteristik sistem
  1. Sistem tegangan
    Tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau minimum sama dengan tegangan sistem.
  2. Frekuensi sistem
    Frekuensi pengenal dari circuit breaker harussesuai dengan frekuensi sistem. Circuit breaker Merlin Gerin dapat beroperasi pada frekuensi 50 atau 60 Hz. Untuk aplikasi pada frekuensi 400 Hz silahkan hubungi kami.
  3. Arus pengenal
    Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan besarnya arus beban yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih kecil dari arus ambang yang diijinkan lewat pada kabel.
  4. Kapasitas pemutusan
    Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama dengan arus hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang.
  5. Jumlah pole dari circuit breaker
  6. Jumlah pole dari circuit breaker sangat tergantung kepada sistem pembumian dari sistem.

Kebutuhan kontinuitas sumber daya
Tergantung dari kebutuhan tingkat kontinuitas pelayanan sumber daya listrik, dalam memilih circuit breaker harus diperhatikan :
  1. Diskriminasi total dari dua circuit breakaer yang ditempatkan secara seri
  2. Diskriminasi terbatas (sebagian), diskriminasi hanya dijamin sampai tingkat 
  3. arus gangguan tertentu.

Rabu, 22 Juni 2011

MCB

Pengertian MCB
MCB sering disebut juga pengaman otomatis. Pengaman otomatis ini
memutuskan sirkit secara otomatis apabila arusnya melebihi setting dari MCB
tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami
pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban lebih.
Jenis-Jenis MCB
Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman-pengaman otomatis dapat
terbagi atas Otomat-L, Otoma-H, dan Otomat-G.
1. Otomat-L (Untuk Hantaran)
Pada Otomat jenis ini pengaman termisnya disesuaikan dengan meningkatnya
suhu hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu hantarannya melebihi
suatu nilai tertentu, elemen dwi logamnya akan memutuskan arusnya.
Kalau terjadi hubung singkat, arusnya diputuskan oleh pengaman
elekromagnetiknya. Untuk arus bolak-balik yang sama dengan 4 In-6 In dan
arus searah yang sama dengan 8 In pemutusan arusnya berlangsug dalam
waktu 0.2 sekon.
2. Otomat-H (Untuk Instalasi Rumah)
Secara termis jenis ini sama dengan Otomat-L. Tetapi pengaman
elektromagnetiknya memutuskan dalam waktu 0,2 sekon, jika arusnya sama
dengan 2,5 In–3 In untuk arus bolak-balik atau sama dengan 4 In untuk arus
searah. Jenis Otomat ini digunakan untuk instalasi rumah. Pada instalasi
rumah, arus gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan cepat. Jadi
kalau terjadi gangguan tanah, bagian-bagian yang terbuat dari logam tidak
akan lama bertegangan.
3. Otomat-G
Jenis Otomat ini digunakan untuk mengamankan motor-motor listrik kecil
untuk arus bolak-balik atau arus searah, alat-alat listrik dan juga rangkaian
akhir besar untuk penerangan, misalnya penerangan pabrik. Pengaman
elektromagnetiknya berfungsi pada 8 In-11 In untuk arus bolak-balik atau
pada 14 In untuk arus searah. Kontak-kontak sakelarnya dan ruang pemadam
busur apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis Otomat ini dapat
memutuskan arus hubung singkat yang besar, yaitu hingga 1500 A.









1. Tuas Operasi Strip     5. Bimetal
2. Aktuator Mekanis      6. Sekrup Kalibrasi
3. Kontak Bergerak       7. Kumparan magnetis
4. Terminal Bawah         8. Ruang busur api

Cara kerja MCB
1. Thermis; prinsip kerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan
dua jenis logam yang koefisien jenisnya berbeda. Kedua jenis logam
tersebut dilas jadi satu keping (bimetal) dan dihubungkan dengan kawat
arus. Jika arus yang melalui bimetal tersebut melebihi arus nominal yang
diperkenankan maka bimetal tersebut akan melengkung dan memutuskan
aliran listrik.
2. Magnetik; prinsip kerjanya adalah memanfaatkan arus hubung singkat
yang cukup besar untuk menarik sakelar mekanik dengan prinsip induksi
elektromagnetis. Semakin besar arus hubung singkat, maka semakin
besar gaya yang menggerakkan sakelar tersebut sehingga lebih cepat
memutuskan rangkaian listrik dan gagang operasi akan kembali ke posisi
off. Busur api yang terjadi masuk ke dalam ruangan yang berbentuk
pelat-pelat, tempat busur api dipisahkan, didinginkan dan dipadamkan
dengan cepat.

sekering

Pengertian Sekering
Sekering sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi
sekering adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung
singkat. Dalam pemasangannya, sekering dihubungkan pada hantaran phasa yang
tidak diketanahkan (R, S, T). Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik
pemutusan lebih cepat dibandingkan dengan MCB. Pengaman ini hanya dapat
dipakai satu kali dan tidak bisa dioperasikan kembali.

Jenis-Jenis Sekering
A. Berdasarkan dari cara pemutusannya, sekering dibagi menjadi dua macam
yaitu sekering patron lebur dan sekering otomat.
B. Berdasarkan bentuk fisiknya, sekering tegangan rendah terdiri atas:
1. Tipe Ulir
Sekering jenis ini merupakan sekering dengan kapasitas pemutusan rendah
yang terdiri atas 2 model yaitu:
- Tipe D (diazed) memiliki bentuk fisik seperti gallon air mineral berdimensi
kecil yang terbuat dari bahan keramik. Bagian dasar dan atas sekering terbuat
dari bahan logam yang berfungsi sebagai penyalur arus. Dalam
penggunaannya, sekering diazed selalu dilengkapi komponen lainnya seperti
rumah sekering (fuse holder), adaptor dan tutupnya (fuse cap).
- Tipe DO (neozed) memiliki bentuk fisik seperti Tipe D dengan bentuk yang
menyerupai botol susu berukuran mini. Gawai tersebut dapat mengamankan
gangguan arus hubung singkat dan beban lebih pada kabel atau jaringan.
Penggolongan sekering diazed dan neozed berdasarkan faktor peleburan dan
penggunaanya adalah:
a. Kelas g (faktor peleburan kecil)
b. Kelas a (faktor peleburan besar)
Sedangkan penggolongan menurut IEC.
a. Kelas gl = Untuk perlindungan arus kerja kurang dari 100 A
b. Kelas gll= Untuk perlindugan arus kerja 100 A atau lebih
2. Tipe pisau
Sekering jenis ini merupakan sekering dengan kapasitas pemutusan tinggi.
Memiliki bentuk kotak atau bulat berbahan keramik dengan pisau kotak pada
kedua ujungnya.
3. Tipe tabung
Sekering tabung merupakan pengaman lebur dengan kapasitas pemutusan yang
variatif mulai yang tinggi sampai yang rendah.
C. Berdasarkan waktu kerjanya, sekering dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
• Sekering dengan aksi cepat, dengan simbol F
• Sekering dengan aksi lambat, dengan simbol T

Cara kerja sekering
Sekering adalah pengaman lebur yang fungsinya untuk mengamankan instalasi
dari gangguan hubung singkat. Jika suatu sekering dilewati arus di atas arus kerjanya,
maka pada waktu tertentu sekering tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang
dapat meleburkan suatu sekering dalam waktu 4 jam dibagi arus kerja disebut faktor
peleburan berkisar 1 hingga 1,5.
Karakteristik sekering
Karakteristik sekering menunjukan hubungan antara arus dan waktu putus
berbanding terbalik, artinya bila arus yang melalui patron lebur makin besar maka
waktu pemutusann semakin singkat, sehingga patron lebur ini merupakan gawai
proteksi arus lebih ( GPAL ) dengan karakteristik waktu terbalik (invers).
Arus penguat sebuah pengaman lebur tidak sama dengan arus yang
menyebabkan pengaman putus. Sebuah proteksi harus dapat dibebani dengan arus
nominalnya secara kontinyu tanpa batas waktu. Arus nominalnya kira-kira 70 % dari
batas arus maksimalnya (Ig). Kalau dibebani dengan batas ini terus-menerus lamakelamaan
pengaman akan putus.

pembangkit listrik tenaga angin

Seperti yang kita ketahui angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Belakangan ini angin sudah mulai banyak digunakan dibeberapa negara terutama negara-negara yang memiliki landscape alam yang banyak berhubungan dengan angin.

gambar turbin angin :


proses kerja turbin angin :
sketsa_kincir_angin-20100917.jpg

detail proses kerja turbin angin :











Indonesia merupakan negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin. Dengan kondisi alam yang seperti ini dan sudah banyak sekali yang kita dengar tentang dampak positif dari penggunaan energi angin ini terus kenapa tidak kita manfaatkan dengan baik?

Equation

equationn.png

Grafik

grafikangin.png



Jika kita meninjau persamaan di atas, terlihat apabila kita menginginkan jumlah energi yang besar adalah dengan menambah kecepatan angin karena orde 3 dan hal yang dapat dilakukan selain itu adalah memperlebar ukuran baling-balinya karena orde 2. Kembali kepada pertanyaan "kenapa tidak kita manfaatkan dengan baik?". Selama ini turbin pembangkit tenaga angin yang biasa digunakan ada turbin standar seperti yang sudah di tunjukan di gambar pertama, dan turbin tersebut menghasilkan electricity < 10% electricity yang mestinya bisa dihasilkan apabila seluruh udara yang tercakup di diameternya bisa diubah menjadi electricity. Pada persamaan di atas apabila ingin energi yang dihasilkan meningkat, maka salah satu caranya adalah menambah radius cakupan angin. Namun karena baling-baling konvensional sudah mencapai limitnya yaitu diameter 126 meter, tingginya juga sudah lebih dari itu, dan energi yang dihasilkan hanya 7 Megawatt. Sebagai perbandingan, bangunan setinggi itu di pembangkit batubara (cerobong) bisa menghasilkan s.d. 1000 Megawatt. Oleh karena itu berikutnya akan saya tampilkan beberapa turbin alternatif yang bisa lebih efektif dalam segi energi yang dihasilkan.

Turbin Maglev (Magnetic Levitation)

maglev1.jpg

maglev2.jpg

sebagai perbandingan 1 buah maglev turbin > 1000 turbin biasa.


Magenn Air Rotor System

magenn2.jpg

memiliki sistem turbin balon udara, dan bisa menghasilkan sekitar 10.000watt

airborne_wind_dam_with_aerodynamic_transmission.png

bentuk ini dapat mencakup angin yang lebih banyak, hanya saja tidak dapat terbang terlalu tinggi dikarenakan pipa penghubung yang terbatas.


Demikian beberapa alternatif dari alternatif energi tenaga angin ini, mungkin terlihat merupakan alternatif dalam skala yang besar, tapi hasilnya akan lebih terasa daripada kita bersikeras dengan hanya menggunakan turbin biasa
Di Indonesia total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.

Senin, 20 Juni 2011

Rangkaian Power Supply Simetris Variabel LM317/337


Rangkaian Power Supply Simetris Variabel LM317/337 diatas menggunakan sumber input tegangan AC 18V CT 18V dari transformator CT. Untuk mengatur level tegangan positive dapat dilkakukan dengan mengatur potensiometer 25K di bagian regulator LM317 dan untuk mengatur level tegangan negative dilakukan dengan mengatur potensiometer 25K di bagian regulator tegangan negative LM337.

Power Supply (Catu Daya)

fghh 
1. Prinsip Kerja Catu Daya Linear
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
2. PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.fh
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.full-wave
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.gelombang-penuh-dengan-filter-c
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.bentuk-gelombang
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple (Vr) paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperole
Vr = VM (1 – e -T/RC)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC  1 – T/RC
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja frekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.gelombang-penuh-dengan-filter-c
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut susunan kaki IC regulator tersebut.ic-regulator
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan +12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.regulator-zener
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah:
Vout = VZ + VBE
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 – 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin – Vz)/Iz
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.regulator-zener-follower
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumuskan dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan transistor Darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor Darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vzregulator-dengan-opm
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.regulator-dengan-ic
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1 A.